Bunda MMS, Tokoh yang Tak Terlupakan, Antara Pengabdian dan Pengabaian

Uncategorized175 Views

KUTIPAN, BOLMONG- Nama Dra. Hj. Marlina Moha Siahaan atau yang akrab disapa Bunda MMS, terus bergema di Sulawesi Utara, terutama di kalangan masyarakat Bolaang Mongondow.

Lahir pada 15 Juli 1960, MMS merupakan salah satu politisi dan tokoh penting yang telah mencatatkan jejak panjang dalam dunia politik lokal.

Sebagai Bupati Bolaang Mongondow selama dua periode, dari 2001 hingga 2011, jasanya tak diragukan lagi.

Ia berhasil memperjuangkan pemekaran Kabupaten Bolaang Mongondow menjadi lima daerah otonom, sebuah capaian besar yang masih dikenang hingga kini.

Kepemimpinan Bunda MMS selalu dekat dengan masyarakat, ia dikenal dengan berbagai gebrakan yang membuatnya semakin dicintai rakyat.

Setelah masa tugasnya sebagai bupati usai, MMS masih dipercaya untuk mengabdi. Pada 15 November 2021, Bupati Yasti Soepredjo Mokoagow menunjuknya sebagai Koordinator Staf Khusus Bupati Bolaang Mongondow.

Jabatan ini ia emban setelah menyelesaikan masa hukuman yang sempat menjeratnya. Pengangkatan ini tak hanya simbol penghormatan, namun juga pengakuan terhadap jasa-jasa MMS dalam membangun daerah.

Bupati Yasti pun mendapat apresiasi dari masyarakat atas keputusannya, yang dianggap sebagai bentuk penghormatan kepada para tokoh yang telah berkontribusi besar, seperti Bunda MMS dan Salihi Mokodongan, mantan Bupati lainnya.

Namun, suasana berubah seiring bergantinya tampuk kekuasaan. Ketika Limi Mokodompit menjabat sebagai Penjabat (Pj) Bupati Bolmong pada 2023, muncul kebijakan baru yang mengejutkan.

Dalam surat keputusan pengangkatan staf khusus, nama MMS tak lagi tercantum.

Sebagai gantinya, muncul 35 nama baru, dan Bunda MMS tokoh yang dihormati masyarakat seolah diabaikan.

Banyak yang menilai kebijakan ini sebagai bentuk pengingkaran terhadap jasa MMS, meski posisinya “hanya” sebagai staf khusus. Tak dapat dipungkiri, Marlina Moha Siahaan memiliki rekam jejak yang panjang dalam dunia pemerintahan.

Sebelum menjabat sebagai bupati, ia pernah menduduki posisi Wakil Ketua DPRD Bolaang Mongondow pada 1999.

Karir politiknya yang penuh dengan pengabdian menjadikan namanya tak mudah dilupakan, sekalipun kebijakan pemerintah berubah.

Hingga kini, kecintaan masyarakat terhadap sosok Bunda pembaharu ini masih terasa.

Jasa-jasanya dalam membangun dan membentuk birokrat-birokrat muda yang meneruskan perjuangan di lima daerah hasil pemekaran tak akan lekang oleh waktu.

Meski telah disingkirkan dari jabatan staf khusus, namanya akan terus hidup dalam hati rakyat yang pernah ia layani.***

Comment